Menyingkap Kata-Kata Langka Dalam Kbbi
Pernahkah Anda menemukan kata-kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang terasa asing di telinga? Kata-kata ini, meskipun tercantum, mungkin jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Seolah-olah mereka menyimpan rahasia, menunggu untuk diungkap dan dihargai. Mari kita menyelami dunia kata-kata langka ini, menjelajahi asal-usul, makna, dan potensi mereka.
Dalam dunia bahasa yang kaya dan dinamis, kata-kata langka ini merupakan permata tersembunyi. Mereka adalah saksi bisu dari perjalanan bahasa Indonesia, mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah kita. Dari kata-kata yang menggambarkan keindahan alam hingga istilah-istilah yang terkubur dalam tradisi, kita akan menemukan harta tak ternilai ini.
Definisi Kata Jarang Digunakan dalam KBBI
Kata-kata di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memang beragam, ada yang sering kita dengar, ada juga yang mungkin bikin kita mengernyitkan dahi. Kata-kata jarang digunakan ini, meskipun mungkin terdengar asing, punya peran penting dalam kekayaan bahasa Indonesia. Mereka adalah saksi bisu dari evolusi bahasa dan seringkali membawa nuansa makna yang unik dan kaya.
Definisi Singkat
Kata jarang digunakan dalam KBBI adalah kata-kata yang frekuensi pemakaiannya relatif rendah dalam percakapan sehari-hari. Kriteria ini tidak mutlak, dan frekuensi penggunaan bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti konteks penggunaan, perkembangan zaman, dan wilayah geografis.
Kriteria Penentuan
KBBI tidak secara eksplisit menentukan ambang batas frekuensi penggunaan untuk mengklasifikasikan kata sebagai "jarang digunakan". Faktor-faktor yang bisa menentukan kategori ini meliputi:
- Frekuensi Pemakaian: Semakin jarang digunakan dalam konteks percakapan umum, semakin mungkin suatu kata masuk dalam kategori ini.
- Konteks Penggunaan: Kata yang lebih sering digunakan dalam bidang khusus (misalnya, ilmu pengetahuan, teknik, atau seni) mungkin jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.
- Perkembangan Bahasa: Kata-kata baru atau kata-kata yang maknanya mengalami perubahan seiring waktu mungkin termasuk dalam kategori ini, terutama jika tidak secara luas diadopsi.
- Regionalisme: Kata-kata yang lebih umum digunakan di daerah tertentu mungkin jarang digunakan di daerah lain.
Contoh Kata Jarang Digunakan
Berikut beberapa contoh kata jarang digunakan dalam KBBI, beserta artinya dan (jika tersedia) frekuensi penggunaannya. Ingat, frekuensi ini hanyalah perkiraan dan bisa berbeda-beda tergantung sumber.
Kata | Arti | Frekuensi Penggunaan (Perkiraan) |
---|---|---|
Asimilasi | Proses penyerapan atau penyesuaian suatu kelompok atau unsur ke dalam kelompok atau unsur lain. | Sedang |
Koresponensi | Surat menyurat; korespondensi. | Sedang |
Ekstrapolasi | Perkiraan atau peramalan nilai suatu variabel berdasarkan data yang sudah ada. | Rendah |
Proliferasi | Perkembangan atau pertumbuhan yang cepat. | Sedang |
Interdisiplin | Melewati atau melampaui batas-batas disiplin ilmu. | Rendah |
Distribusi dan Frekuensi Penggunaan Kata

Kata-kata jarang dalam KBBI, seperti "abdi" atau "welas asih," mungkin terdengar kuno, tapi sebenarnya menyimpan sejarah dan keindahan tersendiri. Mari kita telusuri bagaimana kata-kata ini tersebar di lautan kata bahasa Indonesia, dan seberapa sering kita temui dalam berbagai teks.
Tren Penggunaan Kata-kata Jarang
Tren penggunaan kata-kata jarang ini, khususnya di media cetak dan digital, bisa mencerminkan pergeseran gaya bahasa. Penggunaan kata-kata ini mungkin lebih sering muncul dalam karya sastra klasik, artikel akademis, atau bahkan di forum diskusi tertentu yang lebih formal. Dalam konteks modern, penggunaan kata-kata ini bisa dibilang bersifat 'spesial' dan terkadang menandakan penulis ingin menciptakan nuansa tertentu.
Frekuensi Penggunaan di Berbagai Konteks
Frekuensi penggunaan kata-kata jarang ini sangat bervariasi tergantung konteksnya. Dalam buku-buku sejarah, kata-kata seperti "perdikan" atau "kaum" mungkin lebih sering muncul dibandingkan dalam buku cerita anak-anak. Artikel ilmiah atau pidato resmi juga cenderung menggunakan kata-kata jarang ini lebih banyak daripada postingan di media sosial.
- Buku: Frekuensi penggunaan kata-kata ini umumnya lebih tinggi di buku-buku sejarah, sastra klasik, dan kamus. Sedangkan di buku fiksi modern, penggunaannya mungkin lebih terbatas.
- Artikel: Artikel ilmiah dan akademis sering menggunakan kata-kata jarang ini untuk menunjukkan keahlian penulis dan kedalaman bahasan.
- Pidato: Pidato formal, seperti pidato kenegaraan atau pidato akademis, lebih mungkin menggunakan kata-kata jarang untuk menciptakan kesan berwibawa dan berbobot.
- Media Sosial: Penggunaan kata-kata jarang di media sosial cenderung rendah, kecuali dalam konteks tertentu seperti diskusi akademis atau komunitas khusus.
Grafik Distribusi Kata-kata Jarang Berdasarkan Periode Waktu
Grafik distribusi penggunaan kata-kata jarang berdasarkan periode waktu bisa digambarkan dalam grafik batang. Grafik ini akan memperlihatkan tren penggunaan kata-kata tersebut dari masa ke masa. Misalnya, kata "abdi" mungkin lebih sering digunakan pada periode abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, namun kini penggunaannya cenderung menurun. Kita dapat membandingkan penggunaan kata "abdi" dengan kata-kata umum seperti "saya" atau "kita" untuk melihat pergeseran ini.
Periode Waktu | Frekuensi Penggunaan (Perkiraan) | Konteks |
---|---|---|
1900-1950 | Tinggi | Buku Sejarah, Sastra Klasik |
1950-2000 | Sedang | Artikel Ilmiah, Pidato |
2000-Sekarang | Rendah | Media Sosial, Chat |
Perlu diingat, grafik ini hanya gambaran umum. Data yang lebih spesifik memerlukan analisis teks yang lebih mendalam dan data korpus yang lebih besar.
Asal Usul dan Evolusi Kata
Kata-kata jarang digunakan dalam KBBI, seperti "ametista" atau "epitaksi", terkadang menyimpan cerita menarik di balik asal usulnya. Mari kita telusuri jejak perjalanan mereka dari masa lalu hingga sekarang, menemukan bagaimana bahasa kita berevolusi dan berkembang.
Kata-Kata Kuno yang Tetap Hidup
Beberapa kata jarang digunakan mungkin berasal dari bahasa-bahasa kuno yang kemudian masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Ini menunjukkan jejak sejarah dan hubungan budaya yang kaya. Misalnya, kata "ametista" berasal dari bahasa Yunani dan merujuk pada batu mulia berwarna ungu. Perjalanan panjang dari Yunani hingga ke Indonesia mencerminkan pengaruh budaya dan perdagangan di masa lampau.
Evolusi Makna Kata
Beberapa kata jarang digunakan bisa mengalami evolusi makna seiring berjalannya waktu. Arti kata mungkin melebar atau menyempit, menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan komunikasi. Sebagai contoh, kata "epitaksi" awalnya mungkin merujuk pada proses tertentu dalam bidang fisika atau kimia, namun seiring waktu, penggunaannya bisa berkembang menjadi lebih umum dalam bidang lain.
Tabel Asal Usul dan Konteks Kata
Kata | Asal Usul | Konteks Penggunaan (Masa Lalu) | Referensi (Jika Ada) |
---|---|---|---|
Ametista | Bahasa Yunani | Menunjuk pada batu mulia berwarna ungu, sering dikaitkan dengan perhiasan dan ritual tertentu. | Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) |
Epitaksi | Bahasa Yunani | Awalnya, merujuk pada pertumbuhan kristal pada permukaan lain, terutama dalam konteks ilmu fisika dan kimia. | Kamus Fisika dan Kimia |
Aksara | Bahasa Sanskerta | Awalnya merujuk pada huruf, simbol, atau karakter tulisan. | Kamus Sanskerta |
Paradigma | Bahasa Yunani | Awalnya, merujuk pada contoh-contoh model yang bisa diikuti dalam pembelajaran gramatika atau ilmu pengetahuan. | Kamus Filsafat |
Contoh Evolusi Makna
Kata "aksara", yang sekarang merujuk pada huruf, simbol, atau karakter tulisan, awalnya memiliki makna yang lebih luas dalam bahasa Sanskerta. Seiring waktu, cakupannya menjadi lebih spesifik. Hal ini menggambarkan bagaimana bahasa terus beradaptasi dengan perkembangan pengetahuan dan kebutuhan komunikasi.
Kesimpulan
Kata-kata jarang digunakan di KBBI mencerminkan kekayaan sejarah dan evolusi bahasa Indonesia. Mempelajari asal usul dan konteks penggunaannya di masa lalu dapat memberikan wawasan berharga tentang perjalanan bahasa kita.
Hubungan Kata Jarang Digunakan dengan Kata Lain
Kata-kata jarang digunakan dalam KBBI, meskipun mungkin terdengar asing, seringkali memiliki hubungan semantik yang menarik dengan kata-kata umum. Mereka seperti bumbu rahasia dalam masakan bahasa Indonesia, memberikan warna dan nuansa yang unik. Mari kita telusuri bagaimana kata-kata ini terhubung dengan dunia kata-kata yang lebih familiar.
Hubungan Semantik
Kata-kata jarang digunakan seringkali merupakan turunan, sinonim, atau antonim dari kata-kata umum. Mereka bisa memiliki makna yang lebih spesifik atau lebih luas, atau bahkan memiliki konotasi yang berbeda. Sebagai contoh, "eksotisme" (jarang digunakan) dan "keunikan" (umum) memiliki hubungan semantik karena keduanya mengacu pada hal-hal yang berbeda dari yang biasa. "Eksotisme" lebih menekankan pada keanehan dan keindahan dari luar negeri.
Identifikasi Sinonim dan Antonim
Beberapa kata jarang digunakan memiliki sinonim atau antonim yang lebih umum. Misalnya, "proliferasi" (jarang digunakan) bisa disinonimkan dengan "perkembangbiakan" atau "perbanyakan." "Eksklusif" (jarang digunakan) memiliki antonim yang umum, yaitu "inklusif." Penemuan hubungan ini dapat memperkaya pemahaman kita tentang penggunaan kata-kata tersebut dalam konteks yang berbeda.
Diagram Hubungan Semantik
Berikut ilustrasi sederhana hubungan semantik menggunakan diagram Venn:
Diagram di atas menggambarkan hubungan antara kata-kata umum dan jarang digunakan. Lingkaran yang lebih besar merepresentasikan kata-kata umum, sementara lingkaran yang lebih kecil merepresentasikan kata-kata jarang digunakan. Area tumpang tindih menunjukkan hubungan semantik antara keduanya. Misalnya, "proliferasi" (jarang digunakan) bisa masuk ke dalam lingkaran "perkembangbiakan" (umum) karena keduanya memiliki keterkaitan makna.
Contoh Hubungan dalam Kalimat
- Kata " proliferasi" (jarang digunakan) dapat digantikan dengan kata " perbanyakan" (umum) dalam kalimat: " Proliferasi bakteri di dalam makanan dapat menyebabkan keracunan." Kalimat tersebut dapat diubah menjadi: " Perbanyakan bakteri di dalam makanan dapat menyebabkan keracunan." Kedua kalimat tersebut memiliki arti yang hampir sama.
- Kata " eksklusif" (jarang digunakan) dapat digantikan dengan kata " khusus" (umum) dalam kalimat: " Produk ini hanya dijual secara eksklusif di toko-toko tertentu." Kalimat tersebut dapat diubah menjadi: " Produk ini hanya dijual secara khusus di toko-toko tertentu." Meskipun sama, penggunaan kata "eksklusif" memberi nuansa yang lebih mewah dan terbatas.
Kesimpulan
Meskipun jarang digunakan, kata-kata dalam KBBI memiliki hubungan yang menarik dengan kata-kata umum. Pemahaman hubungan semantik ini akan memperkaya kemampuan kita dalam berkomunikasi dan memahami nuansa bahasa Indonesia yang kaya.
Contoh Penggunaan Kata dalam Konteks
Menemukan kata-kata unik di KBBI? Jangan takut! Kita akan menyelami bagaimana kata-kata "langka" ini bernyanyi dalam kalimat, dan bagaimana konteksnya membentuk maknanya. Bayangkan, setiap kata seperti musisi, dan konteksnya adalah panggung pertunjukannya. Nah, mari kita lihat bagaimana pertunjukannya!
Menggunakan Kata dalam Berbagai Konteks
Kata-kata jarang digunakan, meskipun terdengar 'aneh', seringkali memiliki makna yang kaya dan tepat untuk situasi tertentu. Konteks yang tepat adalah kunci untuk membuka makna tersembunyi mereka. Contohnya, kata "inobil" yang berarti "tidak bergerak" mungkin terlihat sederhana, namun maknanya bergeser tergantung pada konteksnya. Mari kita lihat beberapa contoh:
Contoh Kalimat dalam Berbagai Konteks
- Konteks Formal (Ilmiah): "Dalam penelitian ini, kami mengamati bahwa partikel-partikel tersebut bersifat inobil di bawah kondisi tekanan tinggi." Di sini, "inobil" digunakan dalam konteks ilmiah, menandakan sifat tetap atau tidak bergerak dari partikel dalam eksperimen.
- Konteks Deskriptif (Sastra): "Di tengah keheningan malam, kapal layar itu tampak inobil, terpaku pada perairan yang tenang." Konteks ini menggambarkan gambaran tenang dan statis dari kapal.
- Konteks Percakapan (Humor): "Si bos itu inobil, sama sekali tidak mau mendengarkan ide-ide baru." Dalam konteks percakapan, "inobil" digunakan untuk menggambarkan sifat seseorang yang kaku dan tidak mau menerima perubahan. Sangat cocok untuk situasi humor.
- Konteks Sejarah: "Selama masa stagnasi, banyak inovasi dan perkembangan terhambat, karena banyak tokoh inobil dan tidak mau berubah." Konteks ini menandakan kegagalan untuk berkembang dan menerima hal baru dalam suatu periode.
Pengaruh Konteks terhadap Makna
Seperti yang terlihat pada contoh di atas, konteks memberikan warna dan nuansa pada makna kata. "Inobil" dalam konteks ilmiah bermakna fisika, sementara dalam konteks percakapan bermakna sifat seseorang. Kontekslah yang memberikan penekanan dan warna pada kata yang pada dasarnya sederhana.
- Kata "eksotisme": Dalam konteks wisata, "eksotisme" menggambarkan keindahan dan keunikan tempat-tempat asing. Sedangkan dalam konteks budaya, "eksotisme" bisa merujuk pada ciri-ciri budaya lain yang menarik bagi pengamat.
- Kata "melankolia": Dalam konteks psikologi, "melankolia" mengacu pada gangguan mood. Dalam konteks puisi, "melankolia" dapat menggambarkan suasana hati yang sendu dan penuh kesedihan.
Peran Kata Jarang Digunakan dalam Bahasa
Kata-kata jarang digunakan dalam KBBI, meskipun terkesan "tidak penting," ternyata menyimpan potensi besar dalam perkembangan bahasa Indonesia. Mereka ibarat permata tersembunyi yang menunggu untuk dihargai, memberikan warna dan nuansa baru pada ekspresi kita.
Fungsi dan Peran dalam Perkembangan Bahasa
Kata-kata jarang digunakan, seringkali berasal dari daerah atau kelompok tertentu, atau merepresentasikan konsep-konsep yang semakin berkembang dalam masyarakat. Mereka bertindak sebagai penanda identitas budaya dan sebagai cerminan perkembangan sosial. Dengan mempelajari dan menggunakan kata-kata ini, kita memperkaya khazanah bahasa dan membuka wawasan terhadap cara pandang yang berbeda.
Pengayaan dan Perluasan Kosakata
Penggunaan kata-kata jarang digunakan dalam konteks yang tepat, memberikan warna dan nuansa yang unik pada tulisan dan percakapan. Kata-kata ini, ibarat bumbu masakan, dapat meningkatkan cita rasa dan memberikan dimensi baru pada ungkapan. Hal ini memperkaya kosakata dan mendorong kreativitas dalam berbahasa.
- Contoh: Kata " mengelarai" (memisahkan, menyebarkan) mungkin jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun penggunaan kata ini memberikan kesan yang lebih puitis dan kaya makna.
- Contoh: Kata " kekinian" (modern, terkini) meski sering dijumpai, penggunaan kata-kata jarang digunakan dalam konteks yang sesuai menambah wawasan dan kepekaan terhadap bahasa.
Peran dalam Menjaga Kekayaan Budaya Indonesia
Kata-kata jarang digunakan seringkali merefleksikan budaya lokal yang kaya dan beragam. Mereka adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Dengan melestarikan kata-kata ini, kita turut melestarikan khazanah budaya kita.
- Kata-kata yang berkaitan dengan tradisi, upacara adat, atau kearifan lokal, seringkali jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, namun mereka penting untuk menjaga dan mempertahankan warisan budaya.
- Kata-kata daerah yang memiliki makna khusus, menjadi bagian penting dari keragaman bahasa Indonesia.
Kaitan Kata Jarang Digunakan dengan Kebudayaan

Kata-kata jarang digunakan dalam KBBI, seperti " mufakat" atau " kelir", seringkali menyimpan jejak budaya yang kaya. Mereka bukanlah sekadar kata-kata mati, melainkan jendela kecil menuju adat istiadat, tradisi, dan sejarah Indonesia yang beragam. Mari kita telusuri bagaimana kata-kata ini merepresentasikan kekayaan dan kekhasan budaya kita.
Refleksi Adat Istiadat dan Tradisi
Kata-kata jarang digunakan seringkali terhubung erat dengan praktik-praktik adat istiadat dan tradisi tertentu. Penggunaan kata-kata ini bisa menjadi bukti dari proses adaptasi dan evolusi budaya yang unik. Misalnya, kata " suling" tidak hanya merujuk pada alat musik, tetapi juga memiliki makna lebih luas terkait dengan tradisi seni musik dan upacara tertentu dalam masyarakat tertentu. Ini mencerminkan betapa dalam kata-kata ini tertanam dalam kehidupan sehari-hari dan ritual masyarakat.
Jejak Sejarah dalam Kata-kata
Banyak kata jarang digunakan yang merefleksikan peristiwa sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia. Kata-kata ini dapat menjadi bukti sejarah lisan dan tertulis yang tersimpan dalam kosakata. Misalnya, kata " praja" dalam konteks sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia, menunjukkan jejak kekuasaan dan administrasi masa lalu. Kata-kata ini adalah "fosil" bahasa yang menunjukkan perjalanan dan perkembangan budaya Indonesia.
Contoh Kekhasan Budaya Indonesia
- Kata " ngunduh mantu" menggambarkan tradisi pernikahan adat Jawa, yang merupakan bagian penting dari kebudayaan Jawa.
- Kata " sesaji" menunjukkan ritual dan kepercayaan dalam masyarakat tertentu di Indonesia, yang berhubungan dengan penyajian sesaji dalam upacara-upacara tertentu.
- Kata " karya wisata" mencerminkan perkembangan pariwisata di Indonesia yang berhubungan dengan promosi kebudayaan dan seni. Kata ini memperlihatkan bagaimana bahasa Indonesia beradaptasi dengan perkembangan modern.
Penanda Keunikan Bahasa Indonesia
Kata-kata jarang digunakan ini, dengan konteks penggunaannya yang spesifik, memberikan keunikan dan kekayaan pada bahasa Indonesia. Mereka tidak hanya sebagai bagian dari kekayaan budaya, tetapi juga menunjukkan kompleksitas dan keindahan bahasa kita.
Hubungan Kata Jarang Digunakan dengan Kata Lain
Kata-kata jarang digunakan seringkali memiliki hubungan semantik yang kompleks dengan kata-kata lain dalam bahasa Indonesia. " Mufakat", misalnya, berkaitan erat dengan kata " musyawarah", keduanya merefleksikan nilai-nilai kebersamaan dan musyawarah dalam masyarakat. Pemahaman terhadap hubungan ini membantu kita memahami nuansa dan makna yang lebih dalam dari kata-kata tersebut.
Potensi Kata Jarang Digunakan dalam Kreativitas

Kata-kata jarang digunakan dalam KBBI, meskipun terkesan "aneh" atau "sulit", sebenarnya menyimpan potensi besar dalam meningkatkan daya tarik dan keunikan karya tulis. Bayangkan, bagaimana jika Anda bisa melukiskan suatu suasana dengan kata-kata yang tak biasa didengar orang? Anda bisa menciptakan pengalaman membaca yang tak terlupakan!
Penggunaan dalam Karya Sastra dan Puisi
Kata-kata jarang digunakan, seringkali memiliki nuansa makna yang lebih dalam dan kaya. Mereka dapat menciptakan citra yang lebih kuat dan imajinatif, memberikan kedalaman pada narasi atau puisi. Misalnya, penggunaan kata "melankolia" dalam puisi dapat lebih efektif daripada sekadar menggunakan kata "sedih" untuk menggambarkan suasana hati yang mendalam.
Menciptakan Efek Ekspresif yang Unik
Kata-kata jarang digunakan bisa menciptakan efek ekspresif yang unik. Mereka mampu memberikan sentuhan keanggunan, ketelitian, atau bahkan kejutan pada karya sastra. Penggunaan kata-kata ini juga bisa memperkaya ragam bahasa dan menciptakan nuansa yang berbeda dari karya tulis konvensional.
Contoh Penggunaan dalam Karya Fiksi Pendek
Siang itu, suasana di desa terbungkus dalam keheningan yang mencekam. Angin semilir membawa aroma tembakau dan keharuan, membuai jiwa-jiwa yang tertambat dalam kesedihan. Matahari terbenam, menjatuhkan bayangan panjang di jalan-jalan yang sunyi, dan membisikkan kisah-kisah yang terpendam dalam hati para penghuninya.
Dalam contoh di atas, penggunaan kata "terbungkus", "mencekam", "keharuan", dan "tertambat" memberikan gambaran suasana yang lebih hidup dan mendalam. Kata-kata ini tidak hanya menggambarkan keadaan, tetapi juga membangun emosi pembaca.
Contoh Penggunaan dalam Puisi
Di balik kabut senja yang kelam,
Tersembunyi duka yang merimbun,
Menggelayut di antara daun-daun,
Membisikkan kisah-kisah yang sunyi.
Contoh puisi ini memanfaatkan kata-kata "kelam", "merimbun", dan "menggelayut" untuk menciptakan gambaran yang lebih puitis dan mendalam. Penggunaan kata-kata ini dapat menggugah imajinasi pembaca dan memperkaya pengalaman membaca.
Pertanyaan Umum (FAQ)
Apakah kata-kata yang jarang digunakan dalam KBBI dianggap salah?
Tidak, kata-kata ini sah dan merupakan bagian dari kekayaan bahasa Indonesia. Mereka mungkin kurang sering digunakan, tetapi tetap valid dan memiliki makna yang spesifik.
Bagaimana cara menemukan kata-kata jarang digunakan dalam KBBI?
Anda bisa mencari di KBBI daring atau edisi cetak dengan menggunakan kata kunci yang relevan. Perhatikan pula konteks penggunaan kata dalam contoh kalimat yang diberikan.
Mengapa penting mempelajari kata-kata jarang digunakan ini?
Mempelajari kata-kata ini memperkaya kosakata, meningkatkan pemahaman bahasa, dan memperluas wawasan kita tentang kekayaan budaya Indonesia.